Islam  

Teladan Rasulullah dalam Menghadapi Kekerasan dengan Kelembutan

Teladan Rasulullah dalam Menghadapi Kekerasan dengan Kelembutan. Lembut Hati Rasul dalam peristiwa hijarh ke Thaif - Kajian Islam
ilustrasi - hati yang lembut

Sodikin.ID – Teladan Rasulullah dalam Menghadapi Kekerasan dengan Kelembutan.

QS. Al-Imran: 159 dapat dijadikan pedoman tentang pentingnya sikap lembut dan pemaaf menghadapi kekerasan di dalam berdakwah menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkarang (amar ma’ruf nahi munkar). Di dalam ayat ini Allah SwT berfirman:

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

Artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Al-Imran [3]: 159)

Mendasarkan pada ayat ini maka dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW mempunyai prilaku lemah lembut yang merupakan anugrah Allah SwT. Dan hal ini di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari Rasul dalam pergaulan dengan siapapun. Rasul tidak mengedapankan sifat keras dan kasar hati saat menghadapi orang lain bahkan pembencinya sekalipun. Terhadap mereka yang membenci dan berlaku kasar kepadanya Rasul selalu memberikan maaf.

Nabi Muhammad SAW sangat menyadari dan mengetahui bahwa sikap kasar dan keras hati hanya akan membuat orang-orang yang didakwahi akan semakin menjauhi dan sulit diajak ke jalan iman dan Islam. Dan memang, kunci keberhasilan dakwah Rasul adalah prilaku sebaliknya dari kasar dan keras hati yaitu lemah lembut dan pemaaf.

Betapa menyakitkannya perbuatan orang-orang kafir Quraish terhadap Rasul, beliau tidak pernah bertindak emosional dan kemudian membalas dengan kasar pula. Balasan yang diberikan Rasul berupa kelembutan hati, senyum dan memaafkan. Dengan sikapnya yang santun dan menyejukkan ini kemudian banyak orang menjadi menerima Islam sebagai way of life-nya.

Baca Juga:  Hoax Dalam Pandangan Islam

Teladan Rasulullah tentang akhlak terpuji

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tentang teladan Rasulullah dan sikap terpujinya diilustrasikan oleh Sayyid Wajihuddin Abdurrahman ad-Diba’ dalam kitab maulidnya. Rasul digambarkan sebagai sosok yang selalu memaafkan, tidak mau menyakiti dan bertengkar.

Ad-Diba’ menggambarkan pribadi Rasulullah dengan:

قَلْبُهُ لَا يَغْفَلُ وَلَا يَنَامُ، وَلَكِنْ لِلْخِذْمَةِ عَلَى الدَّوَامِ مُرَاقِبُ، إِنْ أُوْذِيَ يَعْفُ وَلَا يُعَاقِبُ، وَإِنْ خُوْصِمَ يَصْمُتُ وَلَا يُجَاوِبُ

Artinya, “Hatinya tidak pernah lengah dan tidak (pula) tidur, bahkan selalu berkhidmah dan mengingat Allah. Jika disakiti, beliau selalu memaafkan dan tidak membalas menyakiti. Jika diajak bertengkar, beliau selalu diam dan tidak menjawab.”

Memang begitulah adanya. Betapa banyak prilaku jahat yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad. Sebanyak apapun keburukan yang dilakukan para haters, tak satupun balasan Nabi berupa kekerasan fisik ataupun verbal. Tidak ada dendam dan sakit hati padanya.

Tentang hal bisa dilihat salah satunya dalam peristiwa hijrah Nabi ke Thaif.

Sifat Rasulullah yang Lembut Hati dalam peristiwa hijarh ke Thaif

Setelah Nabi Muhammad mendapatkan perintah untuk berdakwah secara terang-terangan dan tidak sembunyi-sembunyi lagi maka beliau melakukannya. Jika tidak melakukannya (misalnya karena takut) maka beliau dianggap oleh Allah sebagai orang yang tidak menjalankan amanat. Karena pada kata rasul melekat tugas menyampaikan risalah.

‌‌‌‌‌‌يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النّاسِ إِنَّ اللهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكافِرِينَ

Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS. Al-Maidah: 67).

Namun, perjalanan dakwah Rasul tidak berjalan mulus. Banyak hambatan dan rintangan yang menghadang jalan dakwahnya. Tindakan kekerasan fisik dan verbal, bulliying, dan ancaman pembunuhan kepadanya dan terhadap pengikutnya setiap saat selalu diterima.

Baca Juga:  Infaq Terbaik Adalah Memberikan Harta Yang Paling Dicintai

Meski demikian, Rasul selalu menghadapi itu semua dengan penuh kesabaran dan tawakkal kepada Allah. Sembari memohon perlindungan kepada Allah SwT, beliau mengatur strategi dakwah. Dan salah satu strategi dakwah yang beliau ambil adalah meninggalkan kota Mekah dan berpindah tempat untuk berdakwah. Pindahnya Rasul ke tempat lain untuk menyampaikan risalah ini disebut dengan hijrah.

Dalam sejarah hijrah Nabi, salah satu tempat tujuan yang dituju untuk berdakwah adalah kota Thaif.

Kota Thaif letaknya berada di ketinggian dengan iklim sejuk. Masyarakatnya banyak bercocok tanam sayuran dan buah-buahan. Dengan begitu diharapkan mereka mempunyai hati yang lembut dan mudah menerima ajakan untuk ber-tauhid. Dan Nabi akhirnya memutuskan untuk hijrah ke sana.

Ternyata, tanggapan penduduk Thaif sungguh sangat jauh dari ekspektasi Nabi Muhammad SAW. Boro boro menerima ajaran tauhid, memperlakukan beliau dengan baik sebagai tamupun tidak. Mereka menolak mentah-mentah ajaran Nabi. Tidak hanya itu, mereka juga beramai-ramai mengusirnya dengan perlakukan yang tidak senonoh. Dari anak-anak, tua, muda, semuanya melempari Nabi dengan batu, bahkan sambil mencaci maki. Tidak hanya itu, mereka juga menuduh Nabi sebagai pendusta.

Peristiwa hijrah dan dakwah Nabi di Thaif ketika menyampaikan ajakan untuk mengucapakan la ilaaha illa Allah dan respon penduduk setempat digambarkan oleh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir, 1997: juz VI, h. 259:

أيها الناس، قولوا: لا إله إلا الله، وأنا رسول الله إليكم، تفلحوا، ولكم الجنة، قال صلّى الله عليه وسلّم: فما بقي رجل ولا أمة ولا صبي إلا يرمون علي بالتراب والحجارة، ويقول: كذاب صابئ، فعرض علي عارض، فقال: اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون، وانصرني عليهم أن يجيبوني إلى طاعتك، فجاء العباس عمه فأنقذه منهم وطردهم عنه

“Wahai manusia, ucapkanlah la ilaaha illa Allah dan aku adalah Rasul utusan Allah kepadamu, maka bagimu adalah surga”...

Baca Juga:  Inti Ajaran Al-Baqoroh 183

Dan respon penduduk Thaif seperti yang digambarkan sebelumnya. Mereka secara beramai-ramai mengusir Nabi dengan tindakan yang tidak pantas. Semua orang, baik anak-anak, orang tua, anak muda, pria dan wanita, semuanya melempari Nabi dengan batu sambil mencaci maki mengekspresikan kebencian dan penolakan. Mereka juga menuduh Nabi sebagai pendusta.

Dan bagaimana respon Nabi atas prilaku buruk yang diterimanya, apakah marah, membalas tindakan mereka dan memohon kepada Allah untuk menimpakan sesuatu yang buruk atas mereka. Jawabannya, TIDAK!.

Nabi Muhammad SAW menerima semua itu dengan penuh kesabaran dan calm down. Nabi tidak memendam kemarahan dan rasa dendam. Prilaku buruk yang diterimanya adalah perbuatan orang-orang yang belum mengetahui kebenaran Islam. Maka terhadap mereka, Nabi memohonkan doa kebaikan kepada Allah: “Ya Allah, berlah umatku petunjuk, karena mereka tidak tahu. Dan bantulah aku agar mereka menerima ajakanku taat kepada-Mu“.

Hadits tentang Teladan Rasulullah menghadapi tindakan kekerasan

Teladan Rasulullah dalam menghadapi tindakan kekerasan dan kebencian kaumnya teerhadapnya seperti yang dilakukan penduduk Thaif digambarkan dalam sebuah Hadits berikut ini:

إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي طَعَّانًا وَلَا لَعَّانًا وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اللهم اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya, “Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al-Baihaqi diriwayatkan dari Abdullah bin Ubaid bin Umair secara mursal).

Sodikin.ID – Artikel Pendidikan dan Kajian Islam tentang: Teladan Rasulullah dalam Menghadapi Kekerasan dengan Kelembutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *