Awal Sejarah Islam: Hijrah oleh Blog Kang Sodikin: Artikel Pendidikan dan Kajian Islam – SODIKIN.ID.
Dalam bukunya yang berjudul “Destiny Disrupted,” penulis Tamim Ansary mempertimbangkan sejarah dunia melalui sudut pandang Islam. Dimulai dari sumber peradaban yang sama, ia menjelaskan bagaimana pandangan Barat dan Muslim tentang peradaban berbeda menjadi dua alam semesta yang terpisah – dan bagaimana keduanya kembali bersatu dalam situasi geopolitik saat ini.
Namun di antara keduanya, mereka telah melalui landskap yang berbeda – namun anehnya sejajar. Dua sejarah ini dimulai dari tempat yang sama, di antara sungai Tigris dan Efrat di Irak kuno, dan mereka telah sampai ke titik yang sama, yaitu perjuangan global di mana dunia Barat dan Islam tampaknya menjadi pemain utama.
Contohnya, jika kita melihat ke belakang dari perspektif dunia Barat, kita akan melihat sebuah kekaisaran besar yang mendominasi di antara yang lain pada masa kuno: yaitu Roma, tempat lahirnya impian tentang negara politik universal.
Namun jika kita melihat ke belakang dari manapun di dunia Islam, kita juga akan melihat sebuah kekaisaran definitif yang mengemuka di masa lalu, mewujudkan visi negara universal, tetapi bukanlah Roma. Kekaisaran itu adalah khilafah awal Islam.
Dalam kedua sejarah ini, kekaisaran besar awal tersebut pecah karena ukurannya yang terlalu besar. Kemudian, kekaisaran yang sedang memudar diserang oleh bangsa barbar nomaden dari utara – tetapi di dunia Islam, “utara” merujuk pada stepa Asia Tengah – dan di dunia itu, bangsa barbar nomaden tersebut bukanlah bangsa Jerman, melainkan bangsa Turki.
Dalam keduanya, para penyerang menghancurkan negara besar itu menjadi berbagai kerajaan kecil yang dipermeasi oleh satu kesatuan keagamaan: Katolik di Barat, dan Sunni Islam di Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejarah dunia selalu menceritakan tentang bagaimana “kita” sampai pada masa sekarang, sehingga bentuk narasi secara inheren bergantung pada siapa yang kita maksud dengan “kita” dan apa yang kita maksud dengan “sekarang.” Sejarah dunia Barat secara tradisional mengasumsikan bahwa masa sekarang adalah peradaban demokratis industri (dan pasca-industri).
Di Amerika Serikat, asumsi lebih lanjut adalah bahwa sejarah dunia berujung pada lahirnya nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan pendiriannya, dan pada kenaikannya sebagai kekuatan super yang membawa planet ini menuju masa depan. Prasangka ini menetapkan arah bagi sejarah dan menempatkan titik akhir pada suatu tempat di sepanjang jalan yang kita tempuh sekarang.
Ini membuat kita rentan terhadap asumsi bahwa semua orang bergerak dalam arah yang sama, meskipun beberapa belum begitu maju – baik karena mereka memulainya terlambat, atau karena mereka bergerak lebih lambat – oleh karena itu kita menyebut negara-negara mereka sebagai “negara-negara berkembang.”