Islam  

Mengapa Penghuni Surga Menyesal?

mengapa-penghuni-surga-menyesal-ini-yang-mereka-sesalkan

SODIKIN.ID, Mengapa Penghuni Surga Menyesal? Dalam sebuah hadis hasan shahih, Imam Thabrani pernah meriwayatkan sepotong kisah tentang surga. Surga di gambarkan memiliki tingkatan-tingkatan yang masing-masing luasnya sama dengan luas langit dan bumi. Suatu saat, jatuhlah setetes minyak sangat harum dari salah seorang penduduk surga yang berada di tingkatan lebih atas menetes ke surga yang berada di tingkatan bawahnya. Tentu saja peristiwa itu menghebohkan seisi penghuni surga yang ada di bawah.

Kehebohan itu disebabkan aroma wangi dari setetes minyak yang jatus menetes tersebut mengalahkan semua aroma harus yang ada di surga tingkatan lebih bawah itu. Penduduk surga tersebut penasaran dan bertanya-tanya, dari manakah gerangan aroma harum ini? Sungguh semerbak aroma harum yang belum pernah mereka cium sebelumnya.

Rasa penasaran dan tanda tanya besar penghuni surga tersebut dijawab oleh malaikat penjaga surga, bahwa aroma yang sangat wangi itu bersumber dari setetes minyak wangi salah seorang penghuni surga yang tinggal di tingkatan atas mereka. Tentu saja penghuni surga tingkatan bawah itu makin tambah penasaran. Apa yang menyebabkan orang tersebut dapat memasuki surga yang ada di tingkatan lebih atas darinya? Saat di dunia, amalan apa yang ia lakukan? Betapa mulianya orang tersebut, sehingga dimasukkan kedalam surga yang ada di level atas.

Baca Juga:  Cara Pewarnaan Dalam Karya Seni Islam

Malaikat kembali menjawab rasa penasarannya. Amal ibadah si empunya minyak wangi itu pada dasarnya sama seperti orang-orang yang menghuni surga di bagian bawah. Sedikit yang membedakan, si pemilik minyak wangi itu mempunyai zikir yang sedikit lebih banyak dari engkau sebanyak satu kali saja. Itulah yang menyebabkan ia ditempatkan dalam surga yang levelnya lebih tinggi, jelas malaikat itu.

Mengapa Penghuni Surga Menyesal: Inilah bentuk  penyesalan penghuni surga

Ketika mendengar penjelasan itu, datanglah penyesalan dari seluruh penduduk surga yang di level bawah. Mereka menyesal atas apa yang terjadi, mengapa sewaktu hidup di dunia dengan memiliki kesempatan yang luas mereka menyia-nyiakan nya dan tidak digunakan untuk berdzikir kepada-Nya. Seandai nya saja, saat di dunia mereka mau menggunakan lebih banyak untuk berzikir dan ber ibadah kepada Allah, tentu mereka juga dimasukkan ke dalam surga yang lebih tinggi tingkatannya.

Sebagaimana digambarkan dalam hadits:

ليس يتحسر أهل الجنة إلا على ساعة مرت بهم لم يذكروا الله عزوجل فيها

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penghuni surga tidak menyesal kecuali atas waktu yang mereka lalui di dunia tanpa berdzikir mengingat Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (20/93/182), Al-baihaqi dalam “As-Sya’bi” (1/136).

Baca Juga:  Mengisi Kemerdekaan dengan Semangat Iman dan Amal Shaleh

Membaca kisah ini dapat ambil pelajaran bahwa penyesalan di Akhirat tidak cuma datang dari para penduduk neraka. Tetapi juga datang dari para penghuni surga yang levelnya lebih rendah. Meski sudah berada dalam surga, mereka tetap menyesali atas amal mereka di dunia. Mereka menyesal, kenapa saat di dunia tidak menyibukkan diri dengan urusan dzikir dan beribadah kepada Allah.

Baca juga: Kultum Tentang Harta Yang Memuliakan Dan Menghinakan

Mereka menyesal atas waktunya yang habis tapi tidak dengan disibukkan oleh urusan-urusan akhirat, ibadah, amalan-amalan positif, serta hal-hal kebaikan. Mereka menganggap, mereka sudah meremehkan urusan akhirat dan kini mereka menyadari bahwa betapa besar nilainya setiap amalan untuk akhirat. Hadis di atas juga menjelaskan, betapa besarnya nilai dari sebuah zikir di mata Allah sehingga mendapat balasan yang sangat besar.

Dalam hadis yang lain juga disebutkan bahwa ada dua kalimat yang ringan di lidah namun berat timbangannya di Akhirat. Dua kalimat tersebut adalah, ‘subhanallahi wabihamdihi’ dan subhanallahil ‘azhimi’. (HR Bukhari).

Tidakkah hadis ini mampu memotivasi siapapun yang hendak memburu kenikmatan akhirat? Jika sebuah kalimat zikir yang pendek dan ringan di lidah saja mendapat penghargaan dan balasan se begitu besarnya di akhirat. Maka tentu saja ibadah-ibadah yang bebannya lebih berat akan memperoleh balasan yang lebih berat juga.

Baca Juga:  Khutbah Idul Fitri 1440 H

Bagaimana kiranya balasan untuk orang-orang yang shalat tahajud sepanjang malam, menunaikan haji, dan orang-orang yang mau berjihad atau berperang di jalan Allah? Betapa besar pula balasan bagi orang yang menghafal Alquran, bersusah-payah mencari ilmu, membaktikan diri pada kedua orang tua, dan berbagai macam amalan mulia lainnya.

Baca juga: Khutbah Idul Fitri 1440 H

Tentu semuanya itu memperoleh balasan lebih baik dari sisi Allah SWT asalkan dilakukan dengan hanya mengharap ridho Allah semata.

Dalam sebuah hadisnya Rasulullah SAW bersabda, “Bentengilah dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim). Anda bisa membayangkan, betapa besar nilai kebaikan dan balasannya dari Allah. Bersedekah dengan hanya sebutir kurma atau memberi makanan berbuka kepada orang puasa meski hanya dengan sebutir kurma dapat menjadi tameng atau perisai dari api neraka.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang rela bersedekah dengan berpartisipasi dalam membangun masjid, sekolah agama, fasilitas umum, dan sarana pendidikan? tentu orang-orang tersebut lebih terlindungi dari api neraka asalkan semuanya dilakukan dengan ikhlas karena mengharap ridho Allah SWT semata.

wa Allahu a’lamu bi ash-shawaab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *