Dalil  

Ikhlas dalam Al-Quran dan Sunnah

Ikhlas dalam Al-Quran dan Sunnah
Ibadah membutuhkan ikhlas agar diterima oleh Allah

Sodikin.IDIkhlas dalam Al-Quran dan Sunnah dibahas dalam artikel islami ini oleh Situs Artikel Pendidikan dan Keislaman melalui kanal Dalil.

Ikhlas (Kesucian) adalah kemurnian atau kesendirian. Dalam agama Islam, itu menunjukkan membersihkan perasaan dan niat kita untuk mendekatkan diri dan mencari keridhaan Allah Yang Maha Kuasa. Ikhlas adalah konsep dasar dalam Islam. Kita harus memiliki ketulusan dalam setiap tindakan dan perbuatan kita, setiap tindakan yang kita lakukan harus semata-mata untuk keridhaan Allah. Jika kita tulus, maka kita akan berhasil di dunia ini dan di akhirat.

Dalil tentang ikhlas dalam Al-Quran dan Sunnah dapat dilihat berikut ini.

Dalam Al-Quran yang Mulia, Allah (SWT) berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Quran, 98:5)

Allah SWT menghakimi kita berdasarkan ketulusan, dalam Al-Quran yang Mulia dinyatakan:

لَّا يُؤَاخِذُكُمُ ٱللَّهُ بِٱللَّغْوِ فِىٓ أَيْمَٰنِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Al-Quran, 2:225)

Baca Juga:  Bahagia dengan Sikap Tawadhu

Allah Yang Maha Kuasa secara khusus menggunakan kata ‘mukhlaseen’ (orang-orang yang tulus) untuk menggambarkan hamba-hamba-Nya yang akan mendapatkan pahala:

إِلَّا عِبَادَ ٱللَّهِ ٱلْمُخْلَصِينَ. أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَّعْلُومٌ

tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu (Al-Quran, 37:40-41)

Allah SWT mengaitkan ketulusan dengan ibadah dan sedekah.

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Quran, 98:5)

Dalam Islam, segala bentuk ibadah yang kita lakukan, kita perlu menjalankannya dengan ketulusan. Ketulusan tidak bisa ditunjukkan saat kita beribadah kepada Allah (SWT), tetapi kita bisa menciptakan rasa ketulusan melalui niat kita. Abu Hurairah (RA) meriwayatkan bahwa Rasulullah Nabi Muhammad (SAW) bersabda:

Baca Juga:  Beberapa Hadits Tentang Bacaan Takbiran Beserta Sanad Dan Perawinya

“Agama adalah ketulusan, agama adalah ketulusan, agama adalah ketulusan.” Mereka bertanya, “Kepada siapa, wahai Rasulullah?” Dia (SAW) berkata: “Kepada Allah, kepada Kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada para imam Muslim, dan kepada masyarakat awam mereka.” (An-Nisa’i)

Ketulusan tidak benar jika kita tidak jujur dalam perkataan, tindakan, usaha, dan saat kita tidak menginginkan selain Wajah Allah Yang Maha Kuasa dan Rumah Akhirat yang tidak akan pernah berakhir. Allah (SWT) berfirman:

وَمَنْ أَرَادَ ٱلاخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Al-Quran, 17:19)

Realitas batin kita lebih penting di mata Allah (SWT) daripada realitas luar kita. Dalam hadis, Rasulullah yang Mulia (SAW) bersabda: “Allah tidak melihat tubuhmu, dan Dia tidak melihat wajahmu, tetapi Dia melihat hatimu.” (Bukhari)

Baca Juga:  Inilah Zikir Sebelum Berbuka Puasa Ramadhan

Allah Yang Maha Kuasa memperingatkan kita tentang ketidakjujuran dalam Al-Quran yang Mulia:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ. وَيَمْنَعُونَ ٱلْمَاعُونَ

“Celakalah bagi orang-orang yang shalat, yang lalai dalam shalatnya, yang berbuat riya, dan enggan (menyantuni) orang-orang miskin.” (Al-Quran, 107: 4-7)

Ketulusan melengkapi iman kita. Nabi terkasih kita Muhammad (SAW) mengatakan bahwa ketulusan melengkapi iman kita. Ini tertulis dalam hadis berikut:

“Barangsiapa mencintai karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, dan melarang karena Allah, maka dia telah melengkapi imannya.” (Abu Dawud)

Ketulusan adalah kualitas penting yang menjaga hati kita dan melindungi kita dari pengkhianatan kekuatan spiritual jahat. Nabi tercinta kita Muhammad (SAW) bersabda dalam hadis:

“Ada tiga sifat yang dengan mereka hati seorang Muslim tidak akan tertipu (atau dipenuhi oleh kebencian): perbuatan tulus untuk Allah, memberikan kebaikan kepada pemimpin Muslim, dan tetap bersama komunitas mereka.” (Tirmidhi)

Demikian artikel bagus seputar Ikhlas dalam Al-Quran dan Sunnah dibahas dalam artikel islami ini oleh Situs Artikel Pendidikan dan Keislaman melalui kanal Dalil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *