Islam  

Kajian Singkat Tentang Ikhlas

kajian-singkat-tentang-ikhlas

Kajian singkat tentang ikhlas. Pembaca sodikin.id yang budiman, tema kajian kita kali ini adalah tentang ikhlas.

Dalam hal ibadah, kunci diterimanya oleh Allah adalah ikhlas. Maka ikhlas menjadi sangat penting bagi kita. Saat melakukan kebaikan apapun jangan lupa untuk senantiasa menjaga keikhlasan. Seorang ibu rumah tangga, saat melakukan kegiatan di rumah lakukan dengan ikhlas. Seorang pedagang, lakukan perdagangan dengan ikhlas. Demikian juga seorang petani, lahan subur yang Allah berikan, garaplah dengan ikhlas. Apapun profesi dan kegiatan kita, kita harus menjaga nilai-nilai keikhlasan.

Shalat, zakat, puasa, dan berbagai ibadah lainnya juga harus dilaksanakan dengan ikhlas.

Apa yang dimaksud dengan ikhlas?

Secara bahasa, ikhlas berarti murni atau asli. Sesuatu yang belum tercamput dengan unsur lainnya. Sedangkan secara istilah, ikhlash berarti memurnikan ibadah semata-mata hanya mengharap ridho Allah SwT.

Pengharapan ridho Allah ini tidak dicampuri dengan hal lain, jadi benar-benar murni. Sebagai contoh seseorang yang memberi pertolongan kepada orang lain, benar-benar hanya mencari keridhoan Allah. Keridhoan tersebut tidak tercampur dengan mencari pujian atau nama baik. Jika tercampur dengan mencari pujian dan nama baik maka berarti apa yang dilakukan tidak murni dan tidak ikhlas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

baca juga: Kajian Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dalam prakteknya, sangat sulit menjaga keikhlasan. Meski sulit tetap harus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Selalu memohon kepada Allah untuk diberi keikhlasan dalam melakukan sesuatu.

Baca Juga:  Begini Cara Mualaf Menyambut Ramadhan

Cara menjaga keikhlasan: Kajian Singkat Tentang Ikhlas

Berikut ini adalah upaya untuk menjaga keikhlasan:

  1. Menjaga diri agar senantiasa berada dalam jalur ikhlas, kita lakukan sejak masih sebatas niat. Kita tata hati sebelum benar-benar melakukan kebaikan. Jangan dulu melakukan kebaikan ketika niat belum bersih.
  2. Fokus kepada niat semula dalam melakukan kebaikan. Ingat bahwa kita lakukan kebaikan semata-mata hanya mencari ridho Allah.
  3. Segeralah beristighfar ketika melakukan kebaikan tiba-tiba terbersit kesombongan atau melenceng dari niat semula.
  4. Hentikan sejenak perbuatan baik kita sambil menata hati agar kembali kepada niat yang ikhlas.
  5. Senantiasa memohon kepada Allah untuk diberi kekuatan menjaga keikhlasan hati.

Ikhlas mungkin sangat sulit dilihat dan dinilai orang lain. Tetapi bagi Allah adalah sangat mudah mengkategorikan ibadah kita termasuk ikhlas atau tidak. Kita sendiri juga bisa menilai apakah perbuatan baik yang kita lakukan sudah ikhlas atau belum.

Sebuah ilustrasi mungkin bisa menggambarkan di mana posisi perbuatan baik kita, ikhlas atau tidak.

Ada seorang pemuda melakukan perjalanan dengan naik bus umum. Karena naik dari terminal maka ia kebagian tempat duduk. Sangat gembira dia karena bisa beristirahat dalam perjalanan. Bus kemudian berjalan menuju tujuan. Karena lelah kemudian mengantuk. Tak peduli dia ketika bus makin lama makin banyak penumpang. Ia biarkan kantuk menguasainya. Bus masih sesekali berhenti untuk menaikkan tambahan penumpang. Ketika ada nenek-nenek lemah naik bus, kebetulan dia membuka mata. Dengan alasan masih ngantuk ia tetap duduk di kursinya. Tak peduli dengan kehadiran si nenek yang tengok kanan dan kiri mencari tempat duduk. Si pemuda cuek saja dengan kondisi itu dan kembali melanjutkan kantuknya. Tak lama kemudian, bus berhenti lagi. Kali ini menaikkan penumpang gadis muda nan cantik. Kebetulan juga dia sedang membuka matanya. Melihat gadis muda, seketika kantuknya hilang. Ia merasa tak butuh kursi lagi. Ia berikan tempat duduknya untuk di duduki si gadis muda itu. Ia merasa telah berbuat baik karena memberikan tempat duduknya kepada si gadis.

Baca Juga:  7 Nama Pasukan Iblis dan Tugas Mereka

Seandainya ilustrasi tersebut di atas adalah kita, pembaca sodikin.id tentu dapat menilai, apakah yang kita lakukan dengan memberi tempat duduk kepada si gadis termasuk kategori ikhlas atau tidak.

Perbuatan baik tetap saja bernilai baik karena memberi manfaat kepada orang lain. Persoalannya terletak pada, apakah perbuatan baik yang telah kita lakukan dicatat sebagai amal shaleh atau tidak. Mengingat dalam melakukannya kita tidak mampu menjaga keikhlasan. Padahal ikhlas adalah syarat utama sebuah amal diterima atau tidak.

baca juga: Infaq Terbaik Adalah Memberikan Harta Yang Paling Dicintai

Sebagai penutup, marilah kita resapi sabda Rasulullah SAW:

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ – وَفِي رِوَايَةٍ : بِالنِّيَّةِ – وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ

Hadits diriwayatkan dari Umar bin Khaththab, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Amal itu hanya tergantung kepada niat, dan (balasan) bagi setiap orang juga tergantung dengan apa yang menjadi niatnya. Siapapun yang berhijrah (dengan niat murni) kepada Allah dan RasulNya, maka (ia pasti memperoleh balasan) hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapapun yang berhijrah (dengan niat) demi (keuntungan) dunia yang akan didapatkannya, atau perempuan yang akan dinikahinya, maka (ia akan memperoleh balasan) hijrahnya kepada apa yang ia ingin hijrah kepadanya.” (HR. Muslim)

Baca Juga:  Menuntut Ilmu Tak Terbatas Batas Usia

Demikianlah kajian singkat tentang ikhlas. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *