Islam  

Khutbah Idul Fitri 1443 H

Khutbah Idul Fitri 1443 H - Artikel Pendidikan dan Kajian Islam
Khutbah Idul Fitri 1443 H di lapangan desa Gembong Kec. Bojongsari Kab. Purbalingga oleh Sodikin Masrukin, S.Ag., M.Pd.

Sodikin.ID – Khutbah Idul Fitri 1443 H.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ. وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ. وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. اَلْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allahu Akbar 3x, wa lillahil hamd,

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara alam semesta dan Pemberi rezeki kepada seluruh makhluk penghuninya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahcurahkan kepada penutup para nabi, Nabi Muhammad SAW, Nabi yang tata kehidupannya menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Allahu Akbar 3x, wa lillahil hamd,

Dalam momen yang istimewa ini, selaku khatib, saya mengajak kepada seluruh jamaah ‘Idul Fitri untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah sebagai bukti ketakwaan kepada-Nya. Dan tidak lupa pula untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Nikmat berupa kesempatan untuk berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan 1443 H. Mengapa perlu bersyukur? Karena dengan kehadiran bulan Ramadhan, Allah berkenan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada hamba-Nya untuk memperoleh rahmat, maghfiroh dan terbebaskan dari api neraka melalui ibadah puasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tidak hanya itu, dengan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, Allah memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertakwa yang berarti proses menjadi manusia paripurna. Allah Berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)

Ibadah puasa sunguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman. Terhadap pentingnya puasa Ramadhan, Syaikh Ibnu Katsir menjelaskan:

لِماَ فِيْهِ مِنْ زَكَاةِ النَّفْسِ وَطَهَارَتِهَا وَتَنْقِيَّتِهَا مِنَ اْلأَخْلَاطِ الرَّدِيْئَةِ وَاْلأَخْلَاِق الرَّذِيْلَةِ. وَلِأَنَّ الصَّوْمَ فِيْهِ تَزْكِيَّةٌ لِلْبَدَنِ وَتَضْيِيْقٌ لِمَسَالِكِ الشَّيْطَانِ

Karena dalam puasa terkandung proses pembersihan, penyucian dan pencucian jiwa (hati) dari endapan-endapan kotor dan akhlak (moral) yang hina. Sungguh dalam ibadah puasa terkandung proses pembersihan diri dan mempersempit jalan-jalan syetan.

Meski ibadah puasa Ramadhan telah berakhir. Satu hal yang harus dingat bahwa proses pembersihan, penyucian dan pencucian jiwa (hati) dari endapan-endapan kotor dan akhlak (moral) yang hina tidak boleh berhenti. Proses tersebut harus terus berjalan agar kita dan orang-orang beriman lainnya tidak berhenti pula dalam berproses menjadi manusia paripurna nan utama yaitu muttaqin yang memperoleh derajat paling utama di sisi Allah SWT.

Allahu Akbar 3x, wa lillahil hamd,

Untuk bisa Memahami Inti Ajaran Al-Baqoroh 183, paling tidak ada dua kata penting dalam ayat 183 surat Al-Baqarah, yaitu الصيام dan تتقون yang merupakan inti

Baca Juga:  Kajian Singkat Tentang Kejujuran

1. As-shiyam berarti الامساك (al-imsak) yang berarti menahan dan mengendalikan diri dari melakukan sesuatu. Memahami dan melaksanakan prinsip al-imsak tersebut sungguh sangat penting. Dengan menerapkan prinsip tersebut maka kita akan terhindar dari jatuh terjerembab dalam lubang kehinaan dan kenistaan karena ketidakmampuan menahan dan mengendalikan diri.

Menahan dan mengendalikan diri atau al-imsak merupakan kunci bagi kita untuk terhindar dari segala macam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah SWT. Semakin hebat melakukannya maka semakin terhindar dari melakukan larangan-larangan Allah SWT. Semakin lemah kemampuan dalam menahan dan mengendalikan diri dari kamaksiatan maka semakin terdorong untuk jatuh terjerembab dalam kehinaan dunia dan akhirat.

Seseorang yang terjerat kasus korupsi dikarenakan ketidakmampuannya dalam menahan dan mengendalikan diri dari godaan nafsu duniawi sehingga membuatnya serakah dan lupa diri. Dan hal itu juga terkait dengan lemahnya benteng diri dalam menghadapi serbuan nafsu konsumtif. Nafsu konsumtif adalah hasrat yang mengarah pada tingkat penggunaan suatu barang tertentu secara berlebihan, dengan menghabiskan tanpa pernah berpikir untuk membuat atau menghasilkan sesuatu. Nafsu konsumtif akan membawa manusia pada pola hidup yang berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan.

Terjadinya perzinahan di berbagai kalangan dan level masyarakat disebabkan karena ketidakmampuan dalam menahan dan mengendalikan diri dari godaan nafsu syahwat terhadap lawan jenis yang tidak halal baginya. Jika manusia sudah tidak mampu lagi menahan dan mengendalikan diri terhadap nafsu syahwatnya maka tak ubahnya seperti hewan. Sungguh ironis, manusia yang dalam pandangan Allah adalah makhluk sempurna dan istimewa kemudian di-downgrade dan dihinakan sendiri.

Jadi inti dari ajaran ibadah puasa Ramadhan adalah menahan dan mengendalikan diri. Satu tahap sudah tercapai dalam mencoba memahami inti ajaran Al-Baqoroh 183

2. Sedangkan lafadh تتقون, yang menjadi tujuan disyariatkannya puasa Ramadhan mengandung makna yang sangat dalam. Dalam perspektif ilmu sharaf, tattaqun adalah fi’il mudhori’ yang menunjukkan waktu hal dan istiqbal, yaitu kata kerja aktif dengan keterangan waktu sekarang dan akan datang, present dan future. Dengan begitu dapat dipahami bahwa ketakwaan, kesalehan, kebaikan, dan prestasi menjadi tidak berguna jika hanya terjadi di waktu yang lampau dan tidak terjadi lagi saat sekarang dan akan datang. Dan ini adalah inti ajaran Al-Baqoroh 183 yang kedua.

Seorang pelajar yang berprestasi tinggi tetapi hanya di waktu lampau menjadi tidak berarti jika prestasinya saat ini dan besok tidak bisa dipertahankan dan bahkan prestasinya jatuh.

Tidak berguna seseorang yang pernah saleh, tekun beribadah dan rajin mengaji, tetapi di kemudian hari dan akhir hayatnya menjadi hilang semua kesalehannya. Ia menjadi suul khatimah.

Dengan semangat تتقون: kebaikan di waktu sekarang dan akan datang, maka siapapun harus semakin baik di setiap harinya. Tak terkecuali para pemimpin di semua level tingkatan, dari Presiden hingga Lurah/Kades. Dengan semangat tersebut, para pemimpin diharapkan membawa rakyatnya semakin meningkat kesejahteraan dan kemakmurannya, berhasil menciptakan keadilan yang sesungguhnya, mampu mempersempit gap antara yang kaya dan yang miskin, meningkatnya kualitas layanan publik, terciptanya good governance atau tata laksana pemerintahan yang baik, terciptanya good government atau pemerintahan yang baik dan benar dan juga bersih dari korupsi sehingga indek korupsinya menjadi zero karena memimpin dengan prinsip-prinsip: transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness (transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian, dan keadilan).

Baca Juga:  AKHLAK KEPADA ALLAH

Allahu Akbar 3x, wa lillahil hamd,

Saatnya, setelah menunaikan ibadah puasa selama satu bulan dengan diiringi berbagai kemurahan dan kasih saying Allah, kita merayakan Hari Raya Idul Fitri.

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ: البقرة: 186
أَيْ: إِنَّمَا أرْخَصَ لَكُمْ فِي الْإِفْطَارِ لِلْمَرَضِ (4) وَالسَّفَرِ وَنَحْوِهِمَا مِنَ الْأَعْذَارِ لِإِرَادَتِهِ بِكُمُ الْيُسْرَ، وَإِنَّمَا أَمَرَكُمْ بِالْقَضَاءِ لِتُكْمِلُوا عِدَّةَ شَهْرِكُمْ.
أَيْ: وَلِتَذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ انْقِضَاءِ عِبَادَتِكُمْ، كَمَا قَالَ: {فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا} [الْبَقَرَةِ: 200] فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [الْجُمُعَةِ: 11]
أَيْ: إِذَا قُمْتُمْ بِمَا أَمَرَكُمُ اللَّهُ مِنْ طَاعَتِهِ بِأَدَاءِ فَرَائِضِهِ، وَتَرْكِ مَحَارِمِهِ، وَحِفْظِ حُدُودِهِ، فَلَعَلَّكُمْ أَنْ تَكُونُوا مِنَ الشَّاكِرِينَ بِذَلِكَ

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengagungkan Allah dan mensyukuri nikmat setelah menyelesaikan rangkaian ibadah puasa Romadhon.

Seperti orang-orang yang rela berpanas-panas dan berlelah-lelah untuk mudik, kembali ke kampung halaman demi bertemu dan silaturahim dengan orang tua dan sanak saudara. Ini merupakan pernyataan syukur kepada Allah swt.

Mudiknya mereka jangan dianggap sebagai sekedar peristiwa biasa yang tidak bernilai ibadah. Itu adalah ungkapan syukur kepada Allah. Mudik berarti silaturahim.

Juga, sibuknya ibu-ibu berbelanja kebutuhan lebaran. Membeli makanan dan minuman untuk disajikan selama perayaan idul fitri kepada tamu yang berkunjung (meskipun tamunya terkadang tidak berkenan duduk apalagi menikmati hidangan). Jangan dianggap sebagai kesia-siaan dan kemubadziran. Semua itu adalah ungkapan syukur seperti yang diperintahkan Allah.

Bahkan memakai baju terbaik dan istimewa yang dimiliki saat merayakan idul fitri adalah tahaduts atau pernyataan syukur nikmat seperti yang diperintahkan dalam QS Ad-Dhuha: 11

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ – ١١

Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).

Tradisi orang Indonesia untuk sungkem kepada yang lebih tua atau dituakan (meskipun sudah banyak yang tidak melakukan) selama perayaan idul fitri jangan dianggap bertentangan dengan tuntunan Islam dan bid’ah.

Setiap budaya dan tradisi yang berlaku dimasyarakat jika memberi dampak kebaikan dan tidak bertentangan dengan syariat maka itu diperbolehkan bahkan bisa menjadi hukum. Seperti kaedah fiqh dalam kitab Al-Asbah wan Nadhoir :

الْعَادَة ‌مُحَكَّمَةٌ، لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَا رَآهُ الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ» (الكتاب: الأشباه والنظائر في قواعد وفروع فقه الشافعية: جلال الدين عبد الرحمن السيوطي)

Oleh karena itu, mari Kembali kita hidupkan tradisi sungkem dan silaturrahim kepada yang lebih tua atau dituakan. Berkunjung kepada yang lebih tua atau dituakan merupakan bentuk ta’dzim atau rasa hormat kepada mereka.

Baca Juga:  Warisan Peradaban di Museum Seni Islam

Kunjungi, salami dan berikan penghormatan semestinya kepada mereka dengan penuh keikhlasan, jangan formalitas dan basa-basi. Duduklah dengan tenang layaknya tamu, jangan hanya berdiri dan terkesan tergesa-gesa. Nikmati hidangan makanan kecil dan minuman yang disajikan. Bahagiakan dan senangkan mereka dengan kita duduk tenang, bercengkerama, menikmati hidangan sekedarnya yang disajikan.

Menhormati yang lebih tua atau dituakan, dan juga silaturrahim adalah perintah agama. Maka jangan remehkan tradisi silaturahim saat perayaan idul fitri.

Akhirnya, semoga kita dan para pemimpin di semua level tingkatan senantiasa mampu menahan dan mengendalikan diri untuk tidak bermaksiat, melakukan hal-hal yang keji dan tidak semestina. Dan semoga pula, di setiap hari senantiasa meningkat kebaikan dan kesalehan kita hingga akhirnya menjadi husnul khatimah.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ، أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ .
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ .يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون .
وَقَالَ أَيْضًا: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ،
اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا.
اللّهُمَّ أَصْلِحِ الرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً.
اللهم اجعل بلدَتنا اندونيسيا هذه خاصة بلدةً طيبةً مطمئنةً وسائَر بلاِد المسلمين عامًة تجري فيها أحكاُمك وسنّةُ نبيِك
اللَّهم أَصلِح لَنَا ِديْنَنَا الذي هو عصمةُ أَمِرنَا، َوأَصلِح لَنَا ُدنْيَانَا الَّتِي فِيها َمَعاشُنَا، َوأَصلِح لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيها َمَعادُنَا، َواجَعل الحيَاةَ ِزَيَادةً لَنَا فِي ُكِلِّ َخْيٍر، َواجْعَل الموْت َراحةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
تقبل الله منا ومنكم صيامنا وصيامكم واجعلنا من العائدين الفائزين

Artikel pendidikan dan kajian Islam – Sodikin.ID tentang: Khutbah Idul Fitri 1443 H.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *