Islam  

Khutbah Idul Fitri 1440 H

Khutbah Idul Fitri 1440 H

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ. وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ. وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. اَلْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,
Puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara alam semesta dan Pemberi rezeki kepada seluruh makhluk penghuninya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahcurahkan kepada penutup para nabi, Nabi Muhammad SAW, Nabi yang tata kehidupannya menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,

Dalam momen yang istimewa ini, selaku khatib, saya mengajak kepada seluruh jamaah ‘Idul Fitri untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah sebagai bukti ketakwaan kepada-Nya. Dan tidak lupa pula untuk bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Nikmat berupa kesempatan untuk berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan 1440 H. Mengapa perlu bersyukur? Karena dengan kehadiran bulan Ramadhan, Allah berkenan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada hamba-Nya untuk memperoleh rahmat, maghfiroh dan terbebaskan dari api neraka melalui ibadah puasa.

Tidak hanya itu, dengan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, Allah memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertakwa yang berarti proses menjadi manusia paripurna.

Baca Juga:  Kajian Tentang Kebaikan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah:183)

Ibadah puasa sunguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman. Terhadap pentingnya puasa Ramadhan, Syaikh Ibnu Katsir menjelaskan:

لِماَ فِيْهِ مِنْ زَكَاةِ النَّفْسِ وَطَهَارَتِهَا وَتَنْقِيَّتِهَا مِنَ اْلأَخْلَاطِ الرَّدِيْئَةِ وَاْلأَخْلَاِق الرَّذِيْلَةِ. وَلِأَنَّ الصَّوْمَ فِيْهِ تَزْكِيَّةٌ لِلْبَدَنِ وَتَضْيِيْقٌ لِمَسَالِكِ الشَّيْطَانِ

Karena dalam puasa terkandung proses pembersihan, penyucian dan pencucian jiwa (hati) dari endapan-endapan kotor dan akhlak (moral) yang hina. Sungguh dalam ibadah puasa terkandung proses pembersihan diri dan mempersempit jalan-jalan syetan.

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah.
Hari ini kita mengakhiri ibadah puasa Ramadhan. Satu hal yang harus dingat bahwa proses pembersihan, penyucian dan pencucian jiwa (hati) dari endapan-endapan kotor dan akhlak (moral) yang hina tidak boleh berhenti. Proses tersebut harus terus berjalan agar kita dan orang-orang beriman lainnya tidak berhenti pula dalam berproses menjadi manusia paripurna nan utama yaitu muttaqin yang memperoleh derajat paling utama di sisi Allah SWT.

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,
Ada dua kata penting dalam ayat 183 surat Al-Baqarah, yaitu الصيام dan تتقون.

1. As-shiyam berarti الامساك (al-imsak) yang berarti menahan dan mengendalikan diri dari melakukan sesuatu. Memahami dan melaksanakan prinsip al-imsak tersebut sungguh sangat penting. Dengan menerapkan prinsip tersebut maka kita akan terhindar dari jatuh terjerembab dalam lubang kehinaan dan kenistaan karena ketidakmampuan menahan dan mengendalikan diri.

Baca Juga:  Raja Salman: Tugas Ulama Mempersatukan Umat

Menahan dan mengendalikan diri atau atau al-imsak merupakan kunci bagi kita untuk terhindar dari segala macam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah SWT. Semakin hebat melakukannya maka semakin terhindar dari melakukan larangan-larangan Allah SWT. Semakin lemah kemampuan dalam menahan dan mengendalikan diri dari kamaksiatan maka semakin terdorong untuk jatuh terjerembab dalam kehinaan dunia dan akhirat.

Seseorang yang terjerat kasus korupsi dikarenakan ketidakmampuannya dalam menahan dan mengendalikan diri dari godaan nafsu duniawi sehingga membuatnya serakah dan lupa diri. Dan hal itu juga terkait dengan lemahnya benteng diri dalam menghadapi serbuan nafsu konsumtif. Nafsu konsumtif adalah hasrat yang mengarah pada tingkat penggunaan suatu barang tertentu secara berlebihan, dengan menghabiskan tanpa pernah berpikir untuk membuat atau menghasilkan sesuatu. Nafsu konsumtif akan membawa manusia pada pola hidup yang berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan.

Terjadinya perzinahan di berbagai kalangan dan level masyarakat disebabkan karena ketidakmampuan dalam menahan dan mengendalikan diri dari godaan nafsu syahwat terhadap lawan jenis yang tidak halal baginya. Jika manusia sudah tidak mampu lagi menahan dan mengendalikan diri terhadap nafsu syahwatnya maka tak ubahnya seperti hewan. Sungguh ironis, manusia yang dalam pandangan Allah adalah makhluk sempurna dan istimewa kemudian di-downgrade dan dihinakan sendiri.

Termasuk dalam hal ini banyaknya hoax, berita bohong atau haditsul ifki (حديث الافك). Banyaknya kebohongan yang dibuat dan kemudian di-share secara masif akan mengakibatkan munculnya post truth di tengah-tengah masyarakat. Kebohongan dan kedustaan yang nyata kemudian semakin memudar yang akhirnya dipercaya sebagai sebuah kebenaran. Ironisnya, kebohongan dan kedustaan yang nampak sebagai kebenaran tersebut kemudian secara berantai dan masif dibagikan di berbagai media sosial. Dan lebih ironis lagi, sikap sebagian masyarakat yang langsung percaya dan membenarkan bahkan terlibat dalam mem-forward pesan-pesan dusta tersebut tanpa pernah mau ber-tabayyun sebagaimana yang diperintahkan Al-Aqur’an dalam surat al-Hujurat : 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Baca Juga:  Mengapa Penghuni Surga Menyesal?

Meski telah secara eksplisit Allah memerintahkan untuk selalu ber-tabayyun jika menerima kabar berita, sayangnya sebagian dari kita tidak melakukannya bahkan secara aktif mem-forward ke berbagai media sosial.

Seperti diketahui bahwa ada banyak hoax atau haditsul ifki beberapa waktu yang lalu ketika menjelang, saat dan sesudah pemilu 2019. Berdasarkan data dari Kominfo selama masa kampanye terdapat 1000 berita dusta, selama April 2019 ada 486 hoax dan saat pemilu beredar 62 hoax, bahkan 3 hari sesudah pemilu pun masih terdapat 64 hoax.

Teks Khutbah Idul Fitri 1440 lengkap dapat Anda download dari tautan berikut: download

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *