Islam  

Manusia Makhluk Pendosa

manusia-makhluk-pendosa-artikel-pendidikan-keislaman

Artikel Pendidikan dan Keislaman dalam kesempatan ini menyajikan tulisan tentang Manusia Makhluk Pendosa. Manusia merupakan salah satu makhluk dari sekian banyak ciptaan Allah. Ia dibekali nafsu dan keinginan akan banyak hal. Kecuali itu, manusia juga diberi akal dan hati. Dengan apa yang ada dalam dirinya itu, manusi berpotensi untuk berbuat maksiat dan sekaligus juga berbuat kebaikan.

Mendasarkan pada hal tersebut maka tidak ada mausia yang memiliki kesempurnaan, baik kejahatan maupun kebaikannya. Pada diri setiap manusia pasti terdapat sisi baik maupun sisi jahat. Oleh karena itu, manusia tidak selamanya akan berbuat jahat. Pun demikian, manusia tidak ada yang selama hidupnya terus menerus berbuat baik tanpa berbuat kesalahan.

Ada banyak dalil, baik ayat Al-Qur’an ataupun Hadits yang menjelaskan bahwa tidak ada manusia selalu baik sepanjang hidupnya. Hanya Nabi Muhammad SAW yang selalu ma’sum atau terjaga dari dosa dan prilaku buruk. Jika kita semua masih merasa manusia biasa tentunya akan menyadari bahwa hidup kita banyak salah dan dosa, bahkan mungkin lebih banyak dosa dibandingkan kebaikan kita.

Dalil Manusia Makhluk Pendosa

Berikut ini adalah dalil ayat dan hadits manusia makhluk pendosa:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Baca Juga:  Khutbah Idul Fitri 1443 H

Dalam Hadits ini, manusia disebut dengan khaththaun. Dalam Bahasa Arab, lafaz yang demikian disebut dengan Sighat Mubalaghoh, yaitu bentuk Isim Fail (subyek) yang menunjukkan arti sangat atau maha. Artinya adalah bahwa manusia sangat banyak melakukan kesalahan dan dosa. Sehingga tidak semestinya manusia menjastifikasi dirinya orang baik dan orang lain jahat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Masalahnya adalah, manusia cenderung menilai kesalahan dan dosa orang lain dari perbuatan yang dilakukan berbeda dengan yang dilakukannya. Contoh, ketika orang lain mencuri maka dengan serta merta akan disebut sebagai orang jahat yang sama sekali tidak mempunyai sisi kebaikan. Dan karena dirinya tidak mencuri maka akan menyebut dirinya sebagai orang baik yang tidak mempunyai kesalahan. Padahal, memang benar dirinya tidak mencuri, tetapi melakukan perbuatan dosa lainnya seperti berzina dan suka mabuk-mabukan.

Yakinlah bahwa setiap manusia tidak bersih dari kesalahan dan dosa. Karena memang sudah menjadi sunnatuLlah. Hal ini dijelaskan dalam Hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah benar-benar akan menghilangkan kamu, dan pasti akan mendatangkan suatu kaum yang mereka akan berbuat dosa, lalu mereka akan memohon ampun kepada Allah, lalu Dia akan mengampuni mereka”.(HR Muslim)

Baca Juga:  Pengertian Fasiq dan Tanda-Tandanya

Bahkan dinyatakan bahwa manusia itu siang malam memproduksi dosa dan kesalahan:
Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى عَنْ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ … يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ… الحديث

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat salah pada malam dan siang, dan Aku mengampuni semua dosa, maka minta mapunlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni kalian. (HR Muslim)

Jelas sekali apa yang disebut dalam keterangan hadits diatas. Pernyataan Allah bahwa siang dan malam, manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Besar ataupun kecil, manusia senantiasa berbuat kesalahan. Hanya semata karena kemurahan Allah saja, setiap dosa dan keslahan yang manusia lakukan mendapatkan ampunan jika mau bertaubat.

Tugas manusia kecuali memohon ampun kepada Allah dengan beristighfar, juga tidak menganggap remeh kesalahan dan dosa yang dilakukan meski hanya tampak sepele dan kecil. Bagi Allah, sekecil apapun dosa tetaplah besar.

Tentang larangan menyepelekan dosa kecil ini, disebutkan dalam ayat Al-Qur’an berikut ini:

وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيمٌ

Dan mereka menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal ia di sisi Allah adalah besar (QS. An-Nur: 15)

Larangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah

Meski manusia mempunyai banyak dosa, manusia jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah Maha Pengampun akan setiap dosa hamba-hamba-Nya. Allah SWT befirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا

Katakanlah (Ya Muhammad):”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Az-Zumar: 53)

Baca Juga:  Puasa Ramadhan: Saatnya Pemimpin Bertindak Adil

Penutup

Tugas manusia di sisa umurnya adalah banyak berbuat baik dan sekaligus berusaha dengan sangat keras menghentikan setiap kemaksiatan apapun bentuknya. Jangat sampai hingga ajal menjemput manusia tidak pernah bertaubat dan mengganti setiap kesalahan dan dosa dirinya dengan kebaikan.

Rasulullah SAW besabda:

عن أبي ذر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم: مَن أحسن فيما بقِيَ غُفرَ له ما مضَى ومن أَساءَ فيما بقيَ أُخِذَ بما مضَى وما بقيَ .أخرجه الطبراني في المعجم الأوسط

Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang memperbaiki apa yang tersisa (dari umurnya) diampuni baginya dosa yang telah lalu dan barangsiapa yang mengotori apa yang tersisa (dari umurnya) maka akan di ambil dengan dosa yang telah lalu dan yang tersisa (HR Thabrani)

Demikian artikel pendidikan dan keislaman seputar Manusia Makhluk Pendosa. Semoga bermanfaat dan menjadikan kita mempunyai sifat tawadhu‘.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *