Islam  

Kajian Tentang Kebaikan

kajian-tentang-kebaikan-artikel-pendidikan-dan-keislaman
logo good

Artikel Pendidikan dan Keislaman menyajikan tulisan seputar Kajian tentang kebaikan. Kebaikan banyak dinyatakan dalam dalil atau nash, baik dalam Al-Qur’an ataupun Hadits. Kebaikan merupakan tindakan yang memberikan manfaat dan tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan bahkan linkungan sekitar termasuk alam. Dalam pandangan Islam, kebaikan dimaksud tidak saja memberikan manfaat keduniaan, tetapi juga berdampak pada kehidupan nanti di alam akhirat. Pun demikian dengan keburukan.

Antara khoir, ma’ruf, ihsan, dan Birr

Untuk menyampaikan tentang kebaikan, Al-Qur’an ataupun Hadits banyak menggunakan istilah yang berbeda-beda. Beberapa kata yang berarti kebaikan adalah khoir, ma’ruf, ihsan, dan sholeh. Semua yang disebutkan mempunyai arti kebaikan, tetapi dalam konteks yang berbeda-beda.

Khoir adalah kebaikan yang bersifat anjuran dan universal. Yang dilakukan orang dalam hal khoir adalah menganjurkan orang lain melaksanakan kebaikan. Juga dimaksudkan sebagai kebaikan yang menjadi pilihan, dan diperoleh dengan cara berjuang dan berusaha. Misalnya adalah berjuang untuk mengkhatamkan Al Qur’an karena ada peraturan untuk mengkhatamkan (ini baik namun bukan khoiron). Tetapi jika berjuang mengkhatamkan Al Qur’an karena pilihan kita sendiri maka itu berarti kebaikan-khoiron.

Khoir berasal dari dua kata :

  • ikhtiyaarun (berjuang dan berusaha dengan segala potensi yang dimiliki dan tidak menggantungkan pada orang lain)
  • hiyaarun (memilih pilihan)

Orang yang baik disebut Ahlul Khoir, syaratnya :

  • orang itu melakukan sesuatu karena benar-benar pilihannya
  • tidak menggantungkan pada orang lain, dalam hal ini menggantungkan sebagai hakikat, karena bergantung hanyalah pada Allah Ta’ala, namun saling tolong menolong sebagai sarana untuk mencapai kebaikan adalah keniscayaan.

MA’RUFUN adalah kebaikan yang terasa sampai ke hati, baik hatinya dan atau hati orang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Contohnya : memberi sumbangan dengan cara kurang baik dan tidak mengenakkan hati penerimanya maka ini merupakan jenis kebaikan yang hanya sampai ke hati pelakunya tetapi tidak ke hati orang lain yang diberi. Maka yang demikian bukanlah ma’rufun. Dikatakan ma’ruf jika dalam memberi sumbangan dilakukan dengan cara yang baik dan tidak menyakiti hati enerimanya sehingga sampai ke hati si pemberi dan juga penerimanya.

MA’RUFUN berasal dari kata ‘arofa, yang secara bahasa berarti dikenal, dikenali oleh hati nurani.
Kata ‘arofa digunakan dalam salah satu ayat yang berarti “Dan pergaulilah istri-istrimu dengan baik”. Maksudnya adalah seorang suami harus memperhatikan istrinya lahir batin. Secara batin seorang suami harus dapat memberikan perhatian yang dikenali atau merasuk hingga ke hati nurani istrinya.

Contoh:

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Baqarah:263)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An-Nisa’: 19)

Baca Juga:  Inti Ajaran Al-Baqoroh 183

sholeh adalah kebaikan yang sudah jadi atau terbukti terterapkan dengan baik. Sholeh adalah kebaikan yang sangat minimal kontraproduktifnya, karena sudah diperhitungkan berbagai sisi dan keterkaitannya dengan faktor-faktor atau konteks-konteks lain.

HASANUN/ihsan adalah kebaikan yang membuat tiada apapun dan siapapun antara kita dengan Allah Ta’ala. Benar-benar melakukan segalanya hanya karena Allah.

ان تعبد الله كانك تراه فاءن لم تكن تراه فاءنه يراك

Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka Allah pastimelihatmu

HASANUN merupakan Puncak Kebaikan, akan dibahas pertemuan selanjutnya.

BIRRUN adalah kebaikan yang bisa menghantarkan ke surga. Misal : infak seribu rupiah bagi org yang punya harta 800 miliar, maka hal ini baik namun tidak berarti banyak, ini bukan birrun. Infak seribu rupiah bagi orang yang hanya memiliki uang dua ribu rupiah, maka ini sangatlah berarti, inilah birrun.

البر حسن الخلق

Kebaikan adalah adalah akhlak terbaik

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 92)

Kata birr seperti dalam kata Birrul Waalidain (berbuat baik kepada orang tua), apakah itu? apakah membantu ibu menyapu, mencuci, meringankan pekerjaannya, itu termasuk birrul walidain? jawabannya bukan! meski itu juga kebaikan kepada orang tua, namun sangatlah kecil nilainya bagi mereka, bahkan kita tidak akan mampu membalas kebaikan kedua orang tua. Jadi, kapankah kita ber-Birrul Walidain? jawabannya adalah Manakala kita bisa menjadi Jalan Surga bagi Ayah-Ibu kita. Itulah Birrul Walidain yang sesungguhnya! Ingatlah kedua orang tua kita, ber-birrul walidain, ada beberapa contohnya “the real birrul walidain”, yaitu :

  • Allah akan memberikan Mahkota Emas di surga bagi orang tua yang anaknya hafal Al Qur’an,
  • Setiap kebaikan anak adalah jalan surga bagi kedua orang tuanya.
Baca Juga:  Kedokteran Modern Utang Budi Kepada Kedoktean Islam

Beberapa Dalil Kajian Tentang Kebaikan

Berikut ini adalah ayat dan hadits yang berkaitan dengan Kajian Tentang Kebaikan.

1. Tidak sama antara yang baik dan yang buruk

وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

Dan tidaklah sama perbuatan yang baik dan yang jahat. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba antara kamu dan dia ada permusuhan jadikan seolah-olah ia adalah teman yang sangat setia.(Qs. Fushilat : 34)

قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ فَاتَّقُوا اللهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. AL-Maidah: 100)

Baca juga: Manusia Makhluk Pendosa setelah membaca Kajian Tentang Kebaikan.

2. Perintah berbuat baik

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah swt. menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan dan memberi kepada kaum kerabat ; dan melarang dari perbuatan keji, dan hal yang tidak disenangi, dan memberontak. Dia memberi kamu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran (QS. An-Nahl : 90)

عَنْ أَبِيْ يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik terhadap segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh, hendaklah membunuh dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, hendaklah menyembelih dengan cara yang baik. Hendaklah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”. (HR Muslim).

3. Kebaikan yang diterima seseorang merupakan kausalitas

هَلْ جَزَآءُ اْلإِحْسَانِ إِلاَّ اْلإِحْسَانِ

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (QS. Ar-Rahman:60)

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَاحَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas. (QS. Az-zumar:10)

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاؤُهُ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ

Allâh berfirman, ‘Barangsiapa mengerjakan kebaikan, ia berhak atas sepuluh kebaikan yang sama dan Aku tambahkan (kebaikan kepadanya). Dan barangsiapa mengerjakan kesalahan, balasannya ialah kesalahan yang sama atau Aku mengampuninya. (HR. Muslim)

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7)

Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al-Isra: 7)

Baca Juga:  Puasa Ramadhan: Saatnya Pemimpin Bertindak Adil

4. Kebaikan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi harus mengajak orang lain

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْعُوْنَ اِلَى الخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran :104)

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17)

وَلاَ تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ إِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan jangajlah kau melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Melihat segala apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah:237)

Yakni, jadikanlah keutamaan dan kebajikan sebagai pijakan dari muamalah kalian, dan jangan menyulitkan, berlapang dada dalam jual beli, pemenuhan dalam tuntutan. Barang siapa yang mewajibkan dirinya pada kebajikan ini, maka ia meraih kebaikan yang sangat banyak dan kebaikan yang besar.

Demikian Kajian Tentang Kebaikan, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *